Dari kegiatan Rihlah ini setidaknya ada 3 (Tiga) hal yang patut kita renungkan, pertama Rihlah yang secara etimologis bermakna wisata atau rekreasi dalam kontek kegiatan ini bermakna perjalanan berjamaah dalam bertafakur bertadabur atas segala yang Alloh SWT ciptakan di muka bumi ini. Kita semua menyadari betapa kehidupan ini tidaklah berlangsung semakin mudah dan ringan, namun penuh dengan berbagai beban, penderitaan dan kesulitan. Dalam perjalanannya tentu memerlukan perjuangan, ketegaran, ketangguhan, kesungguhan, kesabaran serta keseimbangan. Setiap hari kita menemukan kesulitan tetapi dibalik itu pula ada kemudahan. Kedua sikap syukur, melalui kegiatan ini kita mendeklarasikan sebuah pengakuan akan kemahabesaran Alloh SWT, pengakuan atas segala limpahan nikmat dan karunia Alloh SWT nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat rezeki dan nikmat semua yang kita rasakan dari kehidupan. Ketiga kalau kita mengaca kepada peristiwa Isro Mi’raj Nabi Muhamad SAW maka kita dapat mengambil pembelajaran ketika selesai menjalani Isro Mi’raj beliau tidak enak-enakan di atas arasy Alloh SWT tetapi beliau meneruskan tanggungjawab kenabiannya dengan membawa risalah Alloh SWT berdakwah membawa kehidupan umatnya dari kehidupan jahiliyah kepada kehidupan berdasar ajaran islam. Demikian dikatakan Bupati Tasikmalaya dalam sambutannya yang disampaikan oleh Asisten Tatapraja H.Endang Kusaeni, SH, M.Si pada acara Rihlah dan Tasyakur Santri dan Himpunan Alumni Miftahul Huda (HAMIDA) Manonjaya bertempat di Pantai Cimanuk Kecamatan Cikalong hari Jum’at (15/08). Hadir pada kesempatan tersebut Camat Cikalong, Kepala Desa Cimanuk Kec. Cikalong, Unsur Muspika Kec. Cikalong, Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Manonjaya, Para Dewan Kiai, Ketua alumni Miftahul Huda, Mubaligh dari Jakarta, para kiai, para pimponpes, para ustad, tokoh masyarakat, peserta rihlah tasyakur dan dakwah, Ketua MUI Kec. Cikalong, santri ponpes Miftahul Huda serta masyarakat umum bukan hanya dari Tasikmalaya tetapi juga masyarakat dari Kabupaten Ciamis Selatan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Bupati Tasikmalaya bahwa kesalehan individual tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan kesalehan sosial, keikhlasan ibadah spiritual pribadi tidaklah sempurna jika tidak dibarengi dengan keluhuran empati terhadap sesama.
Sementara itu Dewan Pimpinan Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda KH. Abdul Aziz Affandy mengatakan bahwa di tengah-tengah krisis santri di Jawa barat menurut hasil penelitian bahwa santri yang betul-betul mendidik sebagai pesantren Salafiyah menurun tinggal 40%. Jadi tahun-tahun ini merupakan tahun prihatin bagi dunia pondok Pesantren Salafiyah.
Sedangkan Cecep Abdullah , S.Ag selaku tokoh masyarakat desa Cimanuk yang juga Kepala Desa Cimanuk mengatakan reuni ini bukan hanya merupakan pertemuan antar alumni Pesantren Miftahul Huda, tetapi juga merupakan pertemuan reuni antara pengurus ponpes beserta Ressant dan relawan-relawannya dengan masyarakat Cimanuk.
Sebelumnya M. Nurdin selaku Sekjen Hamida Pesantren Miftahul Huda mengatakan kegiatan Rihlah dan Tasyakur ini rutin dilaksanakan setiap tahun dengan tempat yang berbeda-beda, peserta terdiri santri Miftahul Huda, Alumni Miftahul Huda dan jamaah sedangkan sasarannya mengajak masyarakat supaya sadar dalam memahami agama.
Kegiatan Rihlah dan Tasyakur Santri dan Alumni Pesantren Miftahul Huda ini berlangsung selama 2 (dua) hari dari hari Jum’at dan Sabtu 15-16 Agustus 2008 diisi dengan acara Tabligh Akbar (bersama H. Jhoni Indo H. Anton Medan, DR. Rizal Ramli), Peduli sosial meliputi santunan fakir miskin dan dhuafa, pengobatan gratis, sadar tanam pohon dan olah raga sepakbola, baren antara santri dan nelayan. Pada kesempatan itu juga diserahkan pohon dari Pimpinan Umum Pesantren Miftahul Huda KH. Asep A. Maoshul Affandy kepada gabungan kelompok tani Desa Cimanuk.
Sumber
Lebih lanjut dikatakan oleh Bupati Tasikmalaya bahwa kesalehan individual tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan kesalehan sosial, keikhlasan ibadah spiritual pribadi tidaklah sempurna jika tidak dibarengi dengan keluhuran empati terhadap sesama.
Sementara itu Dewan Pimpinan Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda KH. Abdul Aziz Affandy mengatakan bahwa di tengah-tengah krisis santri di Jawa barat menurut hasil penelitian bahwa santri yang betul-betul mendidik sebagai pesantren Salafiyah menurun tinggal 40%. Jadi tahun-tahun ini merupakan tahun prihatin bagi dunia pondok Pesantren Salafiyah.
Sedangkan Cecep Abdullah , S.Ag selaku tokoh masyarakat desa Cimanuk yang juga Kepala Desa Cimanuk mengatakan reuni ini bukan hanya merupakan pertemuan antar alumni Pesantren Miftahul Huda, tetapi juga merupakan pertemuan reuni antara pengurus ponpes beserta Ressant dan relawan-relawannya dengan masyarakat Cimanuk.
Sebelumnya M. Nurdin selaku Sekjen Hamida Pesantren Miftahul Huda mengatakan kegiatan Rihlah dan Tasyakur ini rutin dilaksanakan setiap tahun dengan tempat yang berbeda-beda, peserta terdiri santri Miftahul Huda, Alumni Miftahul Huda dan jamaah sedangkan sasarannya mengajak masyarakat supaya sadar dalam memahami agama.
Kegiatan Rihlah dan Tasyakur Santri dan Alumni Pesantren Miftahul Huda ini berlangsung selama 2 (dua) hari dari hari Jum’at dan Sabtu 15-16 Agustus 2008 diisi dengan acara Tabligh Akbar (bersama H. Jhoni Indo H. Anton Medan, DR. Rizal Ramli), Peduli sosial meliputi santunan fakir miskin dan dhuafa, pengobatan gratis, sadar tanam pohon dan olah raga sepakbola, baren antara santri dan nelayan. Pada kesempatan itu juga diserahkan pohon dari Pimpinan Umum Pesantren Miftahul Huda KH. Asep A. Maoshul Affandy kepada gabungan kelompok tani Desa Cimanuk.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar